Minggu, 27 Agustus 2017

Membawa Sastra Indonesia kembali ke Radar Dunia

Hera Khaerani
mediaindonesia.com

KABAR gembira itu tersebar, tidak terlalu mengejutkan, tapi lebih seperti sesuatu yang nyaris sudah diantisipasi, Eka Kurniawan meraih The World Readers Award 2016. Pengumuman yang berlangsung pada 22 Maret 2016 di Hong Kong itu menambah kebanggaan bagi Indonesia. Jelaslah, kesusastraan Indonesia kini kembali masuk ke radar penikmat dan kritikus sastra tingkat internasional.

Novelnya, Cantik itu Luka, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan oleh Annie Tucker menjadi Beauty is a Wound, menang di ajang yang diselenggarakan para relawan dari Asosiasi Penulis dan Penerjemah Asia Pasifik (Asia Pacific Writers and Translators Association).

Sesuai namanya, yakni The World Readers Award, hati pembacalah yang dapat dimenangi Eka. Ajang penghargaan yang diinisasi pada 2012 tersebut mulanya didorong ketidakpuasan terhadap ajang-ajang penghargaan buku yang panelisnya kerap didominasi spesialis yang hanya akan memilih buku-buku yang memang 'lazim' dibaca para spesialis buku.

Bagi asosiasi ini, pembaca umum pun layaknya punya suara untuk menentukan buku pilihan mereka. Untuk itulah, The World Readers Award diadakan. Namun, unggul di kalangan pembaca, penulis, dan penerjemah Asia Pasifik, tidak lantas membuat karya Eka Kurniawan dijauhi pakar yang menjadi panel di penghargaan buku bergengsi. Terbukti sebelumnya (10/3), daftar panjang The Man Booker International Prize 2016 memasukkan namanya.

Buku Lelaki Harimau yang diterjemahkan Labodalih Sembiring menjadi Man Tiger dan diterbitkan Verso Books, bersanding dengan 12 penulis internasional lain, termasuk Orhan Pamuk dari Turki dan Kenzaburo Oe dari Jepang. Dari daftar panjang 13 buku itu nantinya akan dipilih daftar pendek berisi enam buku saja pada 14 April. Puncaknya, pemenang The Man Booker International Prize akan diumumkan pada 16 Mei 2016.

Pengakuan terhadap karya-karya Eka Kurniawan, memang makin santer terdengar beberapa tahun belakangan. Publishers Weekly menilai Eka Kurniawan telah berhasil membuat dunia Barat memperhatikannya. Benedict Anderson dari The New Left Review menyebutnya sebagai penerus Pramoedya Ananta Toer, sementara Deborah Smith dari The Guardian menyebut karya Eka Kurniawan menunjukkan kualitas karya sastrawan besar dunia.

Lantas bagaimana ayah dari satu orang putri ini menyikapi segala pujian yang disematkan kepadanya itu? Reporter Media Indonesia Hera Khaerani secara khusus mewawancarai Eka Kurniawan di kantor Penerbit Gramedia di Jakarta Barat, Kamis (17/3) untuk mendapatkan jawabannya. Dengan santai dia tersenyum dan berkata dengan bersahaja, "Menurut saya, semua penulis Indonesia yang baru-baru ya semua penerus Pramoedya Ananta Toer."

Dalam balutan kaus biru gelap bergambar tumpukan beberapa ekor kucing di atas contong es krim yang dia kenakan siang itu, lelaki kelahiran Tasikmalaya tersebut tampil dengan gaya khasnya yang sederhana. Tidak tampak sedikit pun kesan meninggikan diri karena namanya melambung di dunia. Bahkan, untuk penulis sekaliber dirinya, dia enggan menggunakan jasa manajer.

"Aku bukan penulis terkenal," ujar Editor Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, mengulangi penjelasan Eka kepadanya soal keengganan menggunakan jasa manajer. Baginya, kebanggaan sebagai penulis cukup didapat ketika bisa berkarya dan tulisannya dibaca. Ya, pada akhirnya memang karya yang bicara. (M-1)

Biodata:
Nama: Eka Kurniawan
Tempat tanggal lahir: Tasikmalaya, 28 November 1975
Istri: Ratih Kumala
Anak: Kidung Kinanti (lahir 3 Januari 2011)
Pendidikan terakhir: Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 1999).

Bibliografi:
- Corat-Coret di Toilet (2000)
- Gelak Sedih (2005)
- Cinta tak Ada Mati (2005)
- Cantik itu Luka (2002), telah diterjemahkan ke 25 bahasa
- Lelaki Harimau (2004), telah diterjemahkan ke 5 bahasa
- Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014)
- O (2016), resmi diluncurkan 13 Maret 2016 dan sudah mulai dilirik penerbit asing untuk diterjemahkan.

Penghargaan:
1. World Readers Award 2016 (Diumumkan pada 22 Maret 2016)
2. The Man Booker International Prize 2016 Longlist. Lelaki Harimau menjadi buku Indonesia pertama yang dinominasikan di ajang penghargaan sastra bergengsi dunia tersebut.
3. Salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia menurut Jurnal Foreign Policy (2015) karena berhasil menegaskan posisi Indonesia di peta kesastraan dunia.

http://mediaindonesia.com/news/read/36145/membawa-sastra-indonesia-kembali-ke-radar-dunia/2016-03-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons