Senin, 13 Januari 2020

SEPERTI SEBUAH PUISI LIRIK

Ahmad Yulden Erwin

Makalah ilmiah Teori Relativitas Khusus karya Albert Einstein itu cuma 30 halaman. Disertasi John Nash tentang Teori Permainan cuma 28 halaman. Makalah ilmiah Teori Ketaklengkapan karya Kurt Godel hanya sekitar 35 halaman. Buku Tractatus Logico Philosophicus karya Ludwig Wittgenstein hanya 60 halaman. Semua karya tulis itu merupakan puncak-puncak pencapaian sains pada abad modern. Semuanya ditulis secara ringkas. Pembuktian argumennya menggunakan bahasa formal logika dan matematika. Padat, kaya makna, dan luas dalam jejaring koherensi teoritik adalah beberapa ciri penting karya-karya saintifik dan filosofis di atas. Untuk menuliskan kedalaman dan keluasan persoalan terkadang Anda sama sekali tak memerlukan seribu halaman buku, melainkan hanya puluhan lembar halaman saja, atau malah hanya beberapa lembar halaman saja--seperti sebuah puisi lirik.

Makin mendalam pikiran seorang manusia, maka akan makin tak deskriptif, tetapi makin simbolik. Bahasa orde tinggi dari logika dan matematika sepenuhnya simbolik. Bahasa simbolik itu bukanlah deskripsi dari gambaran, tapi abstraksi dari gambaran. Seperti sebuah lukisan abstrak, kita tak akan melihat gambar pemandangan di atas kanvas, tetapi kita dapat mencipta berbagai kemungkinan gambar pemandangan di dalam pikiran kita dengan melihat komposisi bentuk dan warna yang ada di kanvas sebuah lukisan abstrak. Sebuah abstraksi, paradoksnya, adalah representasi dari aneka gagasan secara simultan, secara serentak--seperti sebuah puisi lirik.

Matematika dan logika simbolis pada akhirnya membuktikan bahwa dunia bukanlah perihal yang kita ketahui ada, melainkan "ada" yang kita sepakati untuk kita ketahui. Begitu pun halnya dengan bahasa. Pada awalnya bahasa adalah cara manusia untuk menyatakan sesuatu itu ada. Namun, pada akhirnya, bahasa tiada lain cara manusia untuk menyampaikan sesuatu yang kita sepakati untuk ada--seperti sebuah puisi lirik.

Kata batu bukanlah batu itu sendiri. Anda sama sekali tak akan merasa sakit bila kepala Anda hanya saya lempar dengan "kata" batu. Anda bisa membuktikan hal itu dengan "pembuktian peristiwa". Kata batu hanyalah cara kita untuk menunjukkan benda yang bernama batu, bukan batu itu sendiri. Bahkan kita sama sekali tak mengetahui apa sebenarnya batu itu hanya dengan memahami kata batu. Begitulah, pada akhirnya, logika simbolis membuktikan bahwa kata batu hanyalah kata yang kita sepakati tentang batu, dan sama sekali tak berkorespondensi dengan benda bernama batu. Hal ini sama dengan teori semiotika menurut pandangan Ferdinand de Saussure dari Swiss. Demikian pula untuk semua kata lainnya, termasuk kata Tuhan itu sendiri. "Tao yang bisa dikatakan bukanlah Tao," begitu kata Lao Tzu dalam kitab Tao Te Ching ribuan tahun lalu di Cina. Tafsir atau pemahaman Anda tentang Tuhan, bukanlah Tuhan itu sendiri. Tuhan hanyalah kata yang kita sepakati untuk hal yang tak kita ketahui, mungkin juga, sebuah misteri. Adalah sebuah kontradiksi bila Anda berkata bahwa Anda mengetahui sesuatu yang tidak Anda ketahui. Anda, saya, dia, mereka sama sekali belum memecahkan "misteri" itu. Meski demikian, misteri itu tetap ada--seperti sebuah puisi lirik.

__________
@Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons