Selasa, 02 Juni 2020

Inferno Karya Dante Alighieri

Terjemahan: Patricia Pawestri

Canto 27

Nyala api lain mendekat, setelah mengenali aksen Lombard pada ucapan Virgil. Ia menanyakan kabar tentang daerah asalnya dan memohon agar identitas dan kisah hidupnya tetap dirahasiakan. Ia tidak lain adalah Guido da Montefeltro, penipu ulung yang bergabung dengan Ordo Fransiskan di usia tua setelah karier militernya yang dikenal sebagai Kapten Ghibelline. Melanggar sumpahnya, ia melakukan kecurangan militer untuk mengawal kemenangan Paus Bonifasius VIII atas keluarga Colonna dan mengucapkan pertobatan yang sia-sia di akhir hidupnya, karena mempercayai ritual pengampunan yang menipu dari kepausan tersebut.  –Anna Amari Parker-


Sedialah nyala api itu menjadi tegak dan sunyi,
Untuk tidak berbicara lagi, dan kini menjauh dari kami
Dengan ijin dari Penyair yang lembut hati;

Ketika nyala api lain, datang dari belakang,
Menyebabkan kami mengalihkan pandangan ke puncak
Disebabkan keributan terdengar berasal dari sana.

Sebagai banteng dari Sisilia (yang pertama melenguh
Dengan keluh kesah tentangnya, dan hal itu benar,
Dia yang dengan berkas-berkasnya telah mengatur hal itu)

Melenguh sedemikian rupa dengan suara yang berasal dari penderitaan,
Yang, meskipun itu dilakukan dengan lancang,
Masih hal tersebut tampak sebagai penderitaan yang dalam dan terpaku;

Sehingga, bukan karena suatu hal lain memantiknya
Melainkan sejak semula berasal dari dirinya sendiri, dalam bahasanya sendiri
Pertobatan terdengar begitu menyedihkan.

Tetapi setelahnya, ketika mereka berjalan berkerumun
Sampai pada sebuah palung , dan membuatnya bergetar
Lidah diberikan kepada mereka dalam perjalanan keluar dari sana,

Kami mendengarnya berkata: “O engkau, kepada siapa aku menujukan
Suaraku, dan yang sekarang bicara dalam aksen Lombard,
Katakanlah, ‘Sekarang pergilah ke jalanmu, tidak lagi aku akan mendesakmu,’

Karena aku datang barangkali sedikit terlambat,
Janganlah engkau merasa terganggu dengan pembicaraanku;
Engkau melihat aku tidak mengganggu, dan aku membara.

Jika engkau akhirnya ke dalam dunia gelap ini
Terjatuh dari dataran Latian yang menyenangkan itu,
Dari mana aku memikul seluruh pelanggaranku,

Ceritakanlah, apakah penduduk Romagna dalam damai atau perang,
Karena aku berasal dari pegunungan di sana antara
Urbino dan kuk-kuk lembu ketika sungai Tiber meluap.”

Aku masih membungkuk dan mendengarkan,
Ketika Pemanduku menyentuhku dari samping,
Ia berkata: “Bicaralah kamu: penduduk Latian.”

Dan aku, yang sebelumnya jawabanku
Telah siap sedia, segera mulai berbicara:
“O jiwa, yang jatuh ke bawah tipu daya tersembunyi,

Romagna milikmu tidak dan tidak pernah   
Tanpa perang dalam pangkuan para tiran pemimpinnya;
Tetapi perang terbuka tak menyisakan apa pun bagiku.

Ravenna berdiri sebagaimana ia telah lama berdiri
Sang Elang dari Polenta beranak pinak di sana,
Sehingga Cervia pun diliputi dengan kekuasaannya.

Kota yang suatu kali memberontak begitu lama,
Dan dari Perancis mengalir pertumpahan darah,
Di bawah Cakar Hijau membangun dirinya kembali;

Mastiff penjaga lama dan baru dari Verrucchio,
Yang membuat pembagian kekuasaan atas Montagna begitu tidak adil,
Di mana mereka tidak ingin membuat perpecahan dengan saudara-saudara mereka.

Kota-kota Lamone dan Santerno
Memerintah para Lioncel dari kandang putih
Yang bertukar tempat ketika pergantian musim panas dan musim dingin;

Di mana Savio memandikan lembah-lembahnya,
Bahkan sebagaimana letaknya diantara dataran dan gunung,
Hidup di antara kekuasaan tirani dan kehendak bebas.

Kini beritahukanlah kami siapa dirimu sebenarnya;
Jangan bersikeras menyembunyikan seperti sebelumnya,
Sehingga namamu dapat tetap disebutkan di dalam dunia.”

Setelah nyala api itu mengerang perlahan
Dalam bentuknya yang khas, dan ujung-ujung runcingnya berpindah
Ke sana sini, dan kemudian meniup-niup seperti itu:

“Jika aku dipercaya bahwa jawabanku ditujukan
Pada seseorang yang ke dunia ia pernah kembali,
Api ini akan tetap menyala meski tanpa kilat lagi;

Tetapi sejauh ini tidak pernah ada dari kedalaman ini
Kembali seorang pun, jika apa yang kudengar adalah benar,
Tanpa takut tertimpa hal-hal buruk aku menjawab,

Aku adalah seorang pria bersenjata, kemudian menjadi anggota Cordelier,
Mempercayai dan mulai memohon upacara pertobatan,
Dan sesungguhnya hatiku benar-benar percaya.

Tetapi untuk Imam Besar, yang mungkin menjadi sakit hati,
Yang membuatku kembali berlumur dosa-dosa lamaku;
Dan betapa oleh karenanya aku akan mendengarkanmu.

Sementara aku masih berada dalam tulang dan dagingku
Ibunda mendapatiku, perbuatan yang telah kulakukan
Bukanlah menjadikanku laksana singa, tetapi seekor serigala.

Berbagai persekongkolan dan cara rahasia
Aku mengetahui semuanya, dan melakukannya begitu rapi,
Dan akhirnya di bumi suaranya terdengar.

Sekarang ketika sampai pada akhir usiaku
Aku melihat diriku berlabuh, ketika setiap orang menunjukkan
Layar seharusnya turun, dan tali digulung segera,

Apa yang sebelumnya menyenangkan kemudian terasa buruk;
Dan membuatku menyesal dan mengakui telah kalah
Ah celakalah aku! Penyesalan satu-satunya yang dapat kuperbuat;

Pemimpin dari para Farisi baru
Bertempur hingga mendekati Lateran
Bukan terhadap Saracen atau pun Yahudi,

Tetapi setiap musuhnya adalah seorang Kristiani
Namun tidak ada dari mereka semua pernah menaklukkan Acre,
Atau jalur perdagangan di wilayah kekuasaan Sultan,

Atau gedung tinggi, ataupun perintah-perintah suci,
Dalam pandangannya, atau pun padaku kata sepakat itu,
Yang dipakai untuk merendahkan mereka dengan sesuatu yang lebih lemah,

Tetapi kemudian Konstantin mencari-cari Imam Silvester
Untuk menyembuhkan kustanya, bersama Soracte,
Sebuah pencarian yang membuatku tampak seperti seorang cakap

Untuk merawatnya dari demam akan kesombongannya.
Nasihat ia minta padaku, dan aku menjadi terdiam,
Karena kata-katanya menunjukkan kemabukan.

Dan kemudian ia berkata: ‘Janganlah hatimu takut;
Selanjutnya aku membebaskanmu; dan kau bimbinglah aku
Bagaimana meratakan Palestrina dengan tanah.

Surga memberiku kuasa untuk mengunci dan membuka kunci,
Sebagaimana engkau telah mengetahui; sebelumnya ada dua kunci
Yang mana tidak dimiliki oleh pendahuluku sayang.’

Kemudian ia mendesakku dengan pendapatnya yang memberatkan
Adalah, di mana sikap diamku adalah nasihat terburuk;
Dan aku berkata: ‘Bapa, sejak kau membasuhku

Dari dosaku itu yang mana di dalamnya kini aku harus terjatuh lagi,
Janji panjang yang hanya dapat sedikit kupenuhi
Akan membuatmu mulia dalam tahtamu.’

Fransiskan datang setelahnya, ketika itu aku telah mati,
Untukku; tetapi salah satu dari Kerubim kegelapan
Berkata kepadanya: ‘Jangan membawanya; aku tak melakukan kesalahan;

Dia harus turun di antara para pelayanku,
Karena dia memberi nasihat yang menipu
Dari saat di mana esok aku berada di atas rambutnya;

Bagi yang bertobat bukan tidak dapat diampuni,
Antara perbuatan dosa dan penyesalan tidak dapat berjalan sekaligus,
Karena keadaan yang bertentangan tidak diijinkan terjadi.

O betapa menyedihkan aku! Betapa aku merasa ngeri
Ketika dia menyergapku, ia berkata: ‘Barangkali
Kau tidak berpikir bahwa aku adalah seorang ahli pikir!’

Dia membuatku muak hingga Minos, yang membelitkan
Delapan kali ekornya mengelilingi punggungnya yang keras,
Dan setelah ia menggigitnya dalam kegusaran yang hebat,

Berkata: ‘Demi para pencuri yang membakar biang keladi ini;’
Akibatnya, di sini di mana kau lihat, aku memburai,
Dan tertahan hingga aku meratapi diriku.”

Ketika purna apa yang ia hendak tunjukkan,
Nyala api itu menjauh sembari tetap berkeluh kesah,
Menggeliat dan mengebaskan ujung tanduknya yang tajam.

Selanjutnya kami berjalan, aku berdua dengan Pemanduku,
Naik ke atas karang di atas lengkungan kubah yang lain,
Yang dipenuhi parit, di mana dibayarkan upah

Mereka yang menabur perselisihan, dan memenangkan penderitaannya.
***



Teks asli diambil dari Dante’s Divine Comedy Inferno terjemahan Bahasa Inggris Henry Wadsworth Longfellow dengan kata pengantar oleh Anna Amari-Parker yang diterbitkan Arctaurus Publishing Limited London tahun 2011:

CANTO XXVII

Another flame draws near, having recognized Virgil’s Lombard accent. It asks for tidings of its native region and pleads that is identity and life story remain undisclosed but it is none other than Guido da Montefeltro. This well-known deceiver joined the Fransiscan order in old age after a high-profile military career as a Ghibelline captain. Breaking his vows, he adopted military fraud to guide Pope Boniface VIII to victory against the Colonna family and uttered a fraudulent repentance on his deathbed, trusting in the pontificate’s fake absolution.

Already was the flame erect and quiet,
To speak no more, and now departed from us
With the permission of the gentle Poet;

When yet another, which behind it came,
Caused us to turn our eyes upon its top
By a confused sound that issued from it.

As the Sicilian bull (that bellowed first
With the lament of him, and that was right,
Who with his file had modulated it)

Bellowed so with the voice of the afflicted,
That, notwithstanding it was made of brass,
Still it appeared with agony transfixed;

Thus, by not having any way or issue
At first from out the fire, to its own language
Converted were the melancholy words.

But afterwards, when they had gathered way
Up through the point, giving it that vibration
The tongue had given them in their passage out,

We heard it said: “O thou, at whom I aim
My voice, and who but now wast speaking Lombard,
Saying, ‘Now go thy way, no more I urge thee,’

Because I come perchance a little late,
To stay and speak with me let it not irk thee;
Thou seest it irks not me, and I am burning.

If thou but lately into this blind world
Hast fallen down from that sweet Latian land,
Wherefrom I bring the whole of my transgression,

Say, if the Romagnuols have peace or war,
For I was from the mountains there between
Urbino and the yoke whence Tiber bursts.”

I still was downward bent and listening,
When my Conductor touched me on the side,
Saying: “Speak thou: this one a Latian is.”

And I, who had beforehand my reply
In readiness, forthwith began to speak:
“O soul, that down below there art concealed,

Romagna thine is not and never has been
Without war in the bosom of its tyrants;
But open war I none have left there now.

Ravenna stands as it long years has stood;
The Eagle of Polenta there is brooding,
So that she covers Cervia with her vans.

The city which once made the long resistance,
And of the French a sanguinary heap,
Beneath the Green Paws finds itself again;

Verrucchio’s ancient Mastiff and the new,
Who made such bad disposal of Montagna,
Where they are wont make wimbles of their teeth.

The cities of Lamone and Santerno
Governs the Lioncel of the white lair,
Who changes sides ’twixt summer-time and winter;

And that of which the Savio bathes the flank,
Even as it lies between the plain and mountain,
Lives between tyranny and a free state.

Now I entreat thee tell us who thou art;
Be not more stubborn than the rest have been,
So may thy name hold front there in the world.”

After the fire a little more had roared
In its own fashion, the sharp point it moved
This way and that, and then gave forth such breath:

“If I believed that my reply were made
To one who to the world would e’er return,
This flame without more flickering would stand still;

But inasmuch as never from this depth
Did any one return, if I hear true,
Without the fear of infamy I answer,

I was a man of arms, then Cordelier,
Believing thus begirt to make amends;
And truly my belief had been fulfilled

But for the High Priest, whom may ill betide,
Who put me back into my former sins;
And how and wherefore I will have thee hear.

While I was still the form of bone and pulp
My mother gave to me, the deeds I did
Were not those of a lion, but a fox.

The machinations and the covert ways
I knew them all, and practised so their craft,
That to the ends of earth the sound went forth.

When now unto that portion of mine age
I saw myself arrived, when each one ought
To lower the sails, and coil away the ropes,

That which before had pleased me then displeased me;
And penitent and confessing I surrendered,
Ah woe is me! and it would have bestead me;

The Leader of the modern Pharisees
Having a war near unto Lateran,
And not with Saracens nor with the Jews,

For each one of his enemies was Christian,
And none of them had been to conquer Acre,
Nor merchandising in the Sultan’s land,

Nor the high office, nor the sacred orders,
In him regarded, nor in me that cord
Which used to make those girt with it more meagre;

But even as Constantine sought out Sylvester
To cure his leprosy, within Soracte,
So this one sought me out as an adept

To cure him of the fever of his pride.
Counsel he asked of me, and I was silent,
Because his words appeared inebriate.

And then he said: ‘Be not thy heart afraid;
Henceforth I thee absolve; and thou instruct me
How to raze Palestrina to the ground.

Heaven have I power to lock and to unlock,
As thou dost know; therefore the keys are two,
The which my predecessor held not dear.’

Then urged me on his weighty arguments
There, where my silence was the worst advice;
And said I: ‘Father, since thou washest me

Of that sin into which I now must fall,
The promise long with the fulfilment short
Will make thee triumph in thy lofty seat.’

Francis came afterward, when I was dead,
For me; but one of the black Cherubim
Said to him: ‘Take him not; do me no wrong;

He must come down among my servitors,
Because he gave the fraudulent advice
From which time forth I have been at his hair;

For who repents not cannot be absolved,
Nor can one both repent and will at once,
Because of the contradiction which consents not.

O miserable me! how I did shudder
When he seized on me, saying: ‘Peradventure
Thou didst not think that I was a logician!’

He bore me unto Minos, who entwined
Eight times his tail about his stubborn back,
And after he had bitten it in great rage,

Said: ‘Of the thievish fire a culprit this;’
Wherefore, here where thou seest, am I lost,
And vested thus in going I bemoan me.”

When it had thus completed its recital,
The flame departed uttering lamentations,
Writhing and flapping its sharp-pointed horn.

Onward we passed, both I and my Conductor,
Up o’er the crag above another arch,
Which the moat covers, where is paid the fee

By those who, sowing discord, win their burden
***

Dante Alighieri adalah Bapak bahasa Italia dan salah seorang penyair terbesar yang berasal dari Abad pertengahan.

Karyanya, Inferno, adalah bagian pertama dalam puisi epik Divine Comedy yang ditulis pada tahun 1300 Masehi (Wikipedia). Dalam Inferno, khususnya Canto XXVII atau Bab 27, pengakuan dan penolakan dosa diceritakan dengan merujuk kesengsaraan tokoh-tokoh yang dianggap mempunyai dosa besar dalam perselisihan yang terjadi di Italia.

Secara lebih detail, ‘banteng Sisilia’ menunjuk kepada Guido de Montefeltro yang menjadi tokoh nyala api yang berbicara pada bab ke-27 ini. Aksen Lombard yang dipakai oleh Virgil sang Pemandu adalah aksen dari sebuah suku Jermanik. Romagna adalah sebuah provinsi di Italia dengan ibukota Ravenna. Urbino adalah sebuah kota di Italia Tengah yang terkenal dengan artefak keagamaan yang berasal dari abad ke-13, abad di mana Dante menulis Divine Comedy. Daerah tersebut berdekatan dengan Sungai Tiber, yang melewati kota Roma. Sang Elang dari Polenta, kemungkinan adalah Lamberto I de Polenta adalah penguasa Ravenna yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan Bernardino sebagai penguasa Cervia.

Cakar Hijau merujuk pada bendera kebangsawanan Ordelaffi, di mana Dante berpihak kepadanya melalui faksi kepausan Guelf, yang berseberangan dengan Ghibelline. Dan Verucchio adalah sebuah perkampungan di atas bukit wilayah Emilia-Romagna, Italia. Istilah Mastiff merujuk pada keluarga bangsawan tinggi yang tinggal di perkampungan tersebut, yang terkenal ganas dalam penyingkiran penguasa Montagna.

Acre adalah sebuah dataran pantai di Israel, terkenal sebagai daerah perebutan kekuasaan pada Perang Salib (1104-1291) yang akhirnya dikuasai oleh Mamluk Sultan al-Ashraf Khalil.

Nyala api, atau disebut ‘flame’ oleh Dante sebenarnya merupakan api penyucian, yang dalam tradisi teologi Katolik adalah sebuah peralihan dari kematian jasmani kepada kehidupan surga. Dengan melaluinya manusia dimurnikan sehingga mencapai kekudusan yang disyaratkan untuk memasuki surga. Purgatorium atau Purgatorio, yang menjadi judul kedua dalam rangkaian Divine Comedy merujuk kepada tempat di mana api penyucian berada. Karenanya dalam terjemahan ini ‘flame’ diartikan sebagai nyala api penyucian tersebut. Namun kemudian disebut sebagai nyala api saja karena ‘flame’ dalam bab ini lebih merujuk pada sifat individu yang berdosa, benda yang disucikan dan bukan api yang bersifat ilahiah dan menyucikan.

Daftar Pustaka:

Wikipedia tentang Dante Alighieri, Inferno, Banteng Sisilia, Guido de Montefeltro, Lombard, Romagna, Ravenna, Urbino, Tiber, House of Ordelaffi, Guelphs dan Ghibellines, Verucchio, Acre, Montagna, Divina Comedia, Purgatorio.
books.google.id: The Complete Danteworlds: A Reader’s Guide to the Divine Comedy halaman 102.
Divine Comedy – Inferno Dante Alighieri dalam terjemahan Bahasa Inggris oleh Henry Wadsworth Longfellow tahun 2008 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0/us/ .
Dante Divine Comedy Inferno terbitan Arctaurus Publishing Limited, London, tahun 2011.

__________________ 
*) Patricia Pawestri, tinggal di Yogyakarta. Merupakan anggota Akademi Menulis, Lingkar Studi Sosialis dan Lavender Study Club. Menyukai membaca, menulis dan berdiskusi. Buku antologi tunggalnya adalah Metafora Goodnick Griffin. Karyanya berupa puisi dan cerpen tersebar di ideide.id, janang.id, Kalaliterasi, sainspuisi, Nalar Politik, Atmazona dan IndoPROGRESS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons