Minggu, 03 Januari 2021

PUISI, DALAM JANGKAUAN ANAK-ANAK

Gabriel García Márquez

Penerjemah: Rambuana
 
Seorang pengajar literasi, tahun lalu, mengingatkan putri termuda dari salah seorang sahabat karibku bahwa ujian terakhirnya akan tentang seputar Seratus Tahun Kesunyian. Anak gadis itu ketakutan, dengan semua alasan, bukan hanya karena belum membaca buku itu, tetapi karena ia tengah berkonsentrasi pada hal lain, mata pelajaran yang lebih penting.Untungnya, ayahnya memiliki intuisi puitik dan pendidikan literasi yang sangat serius seperti beberapa sahabatku yang lain, dan dia menggojlok anak gadis itu dengan persiapan yang begitu intens sehingga, tak teragukan, ia akan datang menghadapi ujian itu dengan pelbagai amunisi dan persenjataan yang lebih canggih dibanding gurunya. Bagaimanapun, ia menanyakan kepada anak gadis itu sebuah pertanyaan yang tak terduga: Apa makna dari huruf yang terbalik pada judul Cien Años de Soledad? Ia merujuk pada edisi Buenos Aires, sampul yang didesain oleh pelukis Vicente Rojo dengan satu hurufnya ditulis terbalik, sebab inspirasi yang bebas dan mutlak menginstruksikannya seperti itu. Anak gadis itu, tentu saja, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Vicente Rojo berkata padaku saat aku bercerita padanya bahwa dia juga tak bakal mengetahuinya.
 
Pada tahun yang sama, putraku Gonzalo juga harus menghadapi serangkaian soal tanya-jawab yang disiapkan di London untuk ujian masuk. Salah satu dari pertanyaannya, konon untuk menentukan simbol apakah ayam jantan pada buku No One Writes to the Colonel. Gonzalo, yang akrab dengan keisengan khas kami tak dapat menahan godaan untuk menjahili para cendekiawan dari negeri yang jauh itu, dan menjawab, "Itu adalah ayam jantan yang bertelur emas." Kami kemudian mendapati bahwa pelajar yang mendapatkan nilai tertinggi adalah dia yang menjawab, sesuai dengan apa yang gurunya ajarkan kepadanya, bahwa ayam jantan itu adalah simbol dari kekuatan yang tertekan dari rakyat. Saat aku mengetahuinya, aku sekali lagi gembira akan bintang keberuntunganku yang arif, sebab untuk akhir buku itu aku telah merencanakan, dan telah kuubah di menit-menit terakhir, bahwa sang kolonel memelintir leher ayam jantan itu dan membuat darinya semangkuk sup tanda protes.
 
Selama bertahun-tahun aku telah mengumpulkan mutiara-mutiara yang digunakan oleh para pengajar literasi yang buruk itu untuk menyesatkan anak-anak. Aku kenal salah seorang yang memiliki iman yang teguh menganggap si nenek gembrot, tak berhati, yang mengeksploitasi si lugu Érendira untuk menagih utang adalah simbol dari kapitalisme yang tamak. Seorang guru sekolah Katolik menjelaskan bahwa Remedios si cantik yang menggapai langit adalah transposisi puitik dari kebangkitan dan kenaikan dari Perawan Maria dalam tubuh dan jiwa. Seorang lainnya mengajarkan pada seluruh kelas di Herbert bahwa salah satu karakter dari ceritaku yang memecahkan masalah bagi semua orang dan memberikan uang mengulurkan tangan, "Dia adalah metafor yang indah untuk Tuhan," kata si pengajar. Dua kritikus asal Barcelona mengejutkanku dengan sebuah penemuan bahwa The Autumn of the Patriarch memiliki struktur yang sama dengan komposisi piano ketiga conserto dari Béla Bartók. Itu memberiku banyak kegembiraan karena kekagumanku pada Béla Bartók, terutama pada conserto itu, tetapi aku belum sanggup untuk memahami bagaimana analogi dari dua kritikus itu. Seorang profesor sastra dari Universitas Havana menghabiskan waktu berjam-jam pada analisis dari Seratus Tahun Kesunyian, dan mencapai kesimpulan--menyanjung dan merisaukan pada waktu bersamaan--bahwa itu tak menawarkan solusi apa pun. Dan itu benar-benar meyakinkanku bahwa mania interpretatif ujung-ujungnya akan berakhir menjadi semacam bentuk baru dari fiksi yang terkadang tendensius dan konyol.
 
Aku pasti telah menjadi pembaca yang amat lugu, karena aku tak pernah menganggap bahwa para novelis bermaksud berkata lebih dari apa yang ia katakan. Ketika Franz Kafka berkata bahwa Gregor Samsa terbangun di satu pagi berubah menjadi seekor serangga raksasa, itu tak menghantamku sebagai simbol dari apa pun, dan satu-satunya hal yang selalu mengusikku adalah akan menjadi sejenis makhluk seperti apakah dia. Aku meyakini bahwa dalam kenyataan ada satu masa ketika permadani-permadani terbang dan jin dikurung dalam botol-botol. Aku percaya keledainya Bileam berbicara--seperti diceritakan Injil kepada kita--dan satu-satunya hal yang patut disesalkan adalah bahwa suaranya tidak direkam, dan aku percaya bahwa Yosua menghancurkan tembok-tembok kota Yericho dengan kekuatan dari terompetnya, dan satu-satunya hal yang patut disesalkan adalah tak ada orang yang menuliskan seperti apa musik penghancur itu.
 
Aku percaya, tentu saja, bahwa si pengacara kaca--oleh Cervantes--benar-benar terbuat dari kaca, seperti dia percaya pada kegilaannya, dan aku percaya pada kebenaran yang menghibur bahwa raksasa Gargantua kencing menyembur dengan deras di atas katedral Paris. Bahkan lebih: Aku percaya bahwa keajaiban-keajaiban serupa masih terjadi, dan jika kita tidak melihat dalam ukurannya yang besar, itu karena kita dihalang-halangi oleh pengaburan dan rasionalisme yang ditanamkan oleh para pengajar literasi yang buruk.
Aku memiliki rasa hormat, dan lebih dari semuanya kasih sayang mendalam, terhadap kerja dari para pengajar, dan itulah kenapa hal ini menyakitiku, karena mereka juga korban-korban dari sistem pembelajaran yang menuntun mereka untuk menyemburkan omong kosong. Salah satu yang tak terlupakan adalah guru yang mengajariku saat umur lima tahun. Dia adalah gadis mengagumkan dan bijaksana yang tidak berpura-pura tahu lebih dari apa yang dia ketahui, dan dia juga begitu muda hingga seiring waktu dia berakhir menjadi lebih muda dariku. Dia adalah orang yang pertama kali membacakan untuk kami di kelas puisi-puisi pertama yang mendekam dalam benakku selama-lamanya. Aku mengingat dengan rasa berterima kasih yang sama kepada guru literasiku di SMA, seorang pria cermat dan sederhana yang memandu kami melewati labirin-labirin dari buku-buku bagus tanpa membuat-buat berbagai macam interpretasi. Metode ini memperkenankan para pelajar untuk berpartisipasi dengan bebas dan personal ke dalam keajaiban dari puisi. Singkatnya, pelajaran literasi seharusnya tak lebih dari panduan membaca yang baik. Pretensi yang lainnya tak berguna selain untuk menakut-takuti anak-anak. Itu yang kupikirkan, di sini di kamar belakang.
 
27 Januari 1981, El País, Madrid.

https://sastra-indonesia.com/2021/01/puisi-dalam-jangkauan-anak-anak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons