Sabtu, 13 Februari 2021

Novel “Kalut” dan Kemasyhuran Stefan Zweig

: Sebuah Catatan Penerjemah
 
Tiya Hapitiawati
 
81 tahun setelah pertama kali diterbitkan di Jerman oleh S. Fischer Verlag, novel yang berjudul asli “Ungeduld des Herzens” akhirnya bisa dibaca dalam edisi bahasa Indonesia. Pernah difilmkan dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa (versi Inggris “Beware of Pity/ The Impatience of The Heart), novel ini merupakan karya Stefan Zweig satu-satunya yang berbentuk novel panjang sekaligus menjadi novel terbaiknya.
 
Terlepas dari popularitas Zweig yang amat bersinar di Eropa dan Amerika kala itu, bahkan hingga setelah kematian yang ia jemput sendiri di Brazil dengan overdosis barbiturate, tampaknya harus diakui bahwa karya-karya Zweig memang hampir belum masuk dalam peta perbukuan di Indonesia. Saya bilang hampir, karena pernah juga saya lihat ada penerbit independen menerbitkan salah satu karya novelet Zweig, Schachnovelle (Royal Game), meski diterjemahkan dari bahasa Inggris dan bukan dari bahasa aslinya. Salah satu karyanya yang berbentuk biografi, Marie Antoinette pernah diterbitkan oleh Pustaka Jaya tahun 1986, juga dari bahasa Inggris. Tentu tak ada alasan untuk tak mengapresiasinya.
 
Berkisah tentang kasih tak sampai seorang gadis lumpuh pada seorang letnan kavaleri, novel ini sukses mengaduk-aduk emosi saya selama proses penerjemahannya. Tak heran bila banyak karya Zweig yang disoroti dan ditelaah dari sudut pandang psikologi, menyebut-nyebutnya sebagai Freudian, menelisik kecerdasan teknik sastra yang ia gunakan, dan lain sebagainya. Tak jauh beda dengan karyanya yang lain, novel ini tak pernah berhenti mengaduk perasaan pembaca dari awal hinga akhir cerita. Dari segi linguistik? Pemadanan kosakata emosi menjadi salah satu hal yang paling bikin emosi selama proses penerjemahan. Yang belajar ilmu linguistik pasti tahu, kosakata bermuatan emosi masih menjadi objek penelitian primadona sampai saat ini saking ruwetnya. Tak hanya dalam bahasa Jerman, tapi mungkin dalam bahasa lain juga. Urusan hati memang tak pernah sederhana, ya?
 
Gaung karya-karya Stefan Zweig di Indonesia (atau Asia?) mungkin tak pernah sekuat di Eropa atau Amerika. Saya sempat takjub saat setahun lalu menonton film Farewell to Europe (2016) yang menceritakan eksil Zweig dari Inggris ke Amerika, Amerika Latin, hingga menjadikan Petropolis, Brazil, “rumah” hingga akhir hayatnya. Takjub dengan penggambaran betapa populernya karya seorang Zweig, dikenal dan dielukan hingga pelosok negeri-negeri di seberang benua kelahiran karya-karyanya. Selain menjadi penulis besar eksil, korban gusuran Hitler, dan terang-terangan bilang terperangkap dalam bahasa yang tak lagi bisa ia gunakan –yang agaknya sudah cukup membuatnya “punya sinar” sampai penjuru dunia kala itu—, karya-karya Zweig memang terbilang luar biasa di antara deretan karya-karya berbahasa Jerman lain pada masanya.  Senang sekali akhirnya Moooi Pustaka bisa menghadirkan novel ini dan pembaca Indonesia bisa menikmati novel terbaik seorang Stefan Zweig.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons