the spaces of world figures, literature studies, new school of thought in the world of literature (art, letters, etc.)
Kamis, 23 Juli 2020
"Bukan Perawan Maria" membawa Feby Indirani keliling Eropa
Zeynita Gibbons
antaranews.com 21 Okt 2019
Penulis muda Feby Indirani, menapaki dunia literasi internasional, buku fiksi nya “Bukan Perawan Maria,” diterjemahkan ke bahasa Italia Non Ã'mica la vergine Maria melakukan tur di Eropa diawali di KBRI Roma dibuka langsung Duta Besar Indonesia untuk Italia, Esti Andayani. (KBRI)
Penulis muda Feby Indirani, menapaki dunia literasi internasional, melalui buku fiksinya berjudul Bukan Perawan Maria, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Italia Non Ã'mica la vergine Maria oleh penerbit Add Editore. Saat ini, Feby melakukan tur dan menjadi pembicara di berbagai sesi di lima kota di Italia, di London dan Frankfurt Book Fair 2019.
Bukan Perawan Maria diterbitkan Pabrikultur, pada 2017 memuat 19 cerita pendek terinspirasi dari kehidupan Muslim di Indonesia diterjemahkan Profesor Antonia Soriente, ahli kajian bahasa dan sastra Indonesia dari Universitas Napoli Lâ'Orientale.
“Perjalanan sastra yang menyenangkan, dan saya sangat bersyukur mendapatkan sambutan yang sangat baik dari publik di kota-kota Italia, London dan Frankfurt,” ujar Feby Indirani kepada Antara London, Minggu.
Dalam tur bukunya, Feby yang menerima beasiswa chevening, dari pemerintah Inggris didampingi editornya dari penerbit Italia Add Editore, Ilaria Benini dan penerjemah bukunya Profesor Antonia Soriente.
Acara diawali di KBRI Roma dibuka langsung Duta Besar Indonesia untuk Italia, Esti Andayani. “Oktober adalah bulan pemuda, juga bulan bahasa, jadi tepat jika kita mengadakan diskusi sastra dari penulis muda, “ ujar Dubes Esti.
Masih di Roma, Feby diundang menjadi salah satu pembicara internasional di Inquitte, festival penulis perempuan terfavorit di Italia. Sementara di Napoli, buku ini dikaji di hadapan dosen dan mahasiswa Universitas Napoli tempat Profesor Antonia mengajar.
Di lima kota tersebut, para pembahas buku ini terdiri dari akademisi, penulis, dan jurnalis yang menyatakan antusiasme mereka terhadap buku ini.”Buku ini sangat lucu, ringan tapi mengungkapkan hal yang tajam dan relevan, dan tidak ada yang stereotipe di sini, “ ujar penulis dan akademisi dari Universitas Bologna, Francesco Cattani.
“Saya belum pernah membaca cerita-cerita semacam ini. Buku ini juga memperlihatkan keragaman dalam dunia Islam, menegaskan bahwa Muslim tidaklah monolitik. “ ujar peneliti bahasa dan literatur Arab dari Universitas Napoli, Francesca Bellino.
Feby Indirani mengatakan proses penerjemahan buku ke dalam bahasa Italia yang berjudul Non e mica la vergine Maria dibantu sejumlah mahasiswa yang sedang menjalani studi master yang mempelajari sastra Indonesia.
Dalam diskusi di lima kota di Italia, Milan, Turino, Bologna, Roma dan Napoli berlangsung sejak 8-14 Oktober lalu Feby berturut-turut melakukan tujuh presentasi di KBRI Roma Italia, Universitas Napoli, festival perempuan penulis, Inquitte dan toko buku.
Bukan Perawan Maria berisi 19 cerita pendek yang semuanya tentang Islam dan kehidupan sehari-hari di Indonesia, jadi inspirasi diperoleh antara lain dari kehidupan sehari-hari yang Feby temui dan bagaimana seringkali ada kontradiksi antara ajaran Islam yang Feby ketahui dari keluarga dan buku-buku dibacanya dengan praktik sehari-hari yang ditemui.
Misalnya, orang tua saya mengajari saya untuk bertenggang rasa dan bersikap adil, karena itu adalah ajaran Islam. Tapi dalam praktik sehari-hari sebagian orang Islam kurang memperhatikan kepentingan bersama, misalnya menutup jalan publik saat sedang berlangsung ibadah sholat Jumat. Hal-hal seperti ini yang saya kritisi melalui cerita-cerita saya," ujar Feby.
Melalui cerita-cerita dalam bukunya, Feby ingin mengembalikan tradisi Islam yang mempromosikan kasih sayang dan rasa humor, dan bukan Islam yang identik dengan kekerasan dan kemarahan.
Selain mendapat sambutan hangat dari para ahli dan audiens di lima kota, buku ini juga telah mendapatkan berbagai liputan dan review dari media dan blog-blog kritik sastra di Italia.
Dalam pertemuan bulanan organisasi Perhimpunan Inggris Indonesia (Anglo-Indonesian Society) London, UK yang diketuai mantan diplomat Inggris, Martin Hattful, ia berhasil menarik perhatian anggota Anglo yang terdiri dari berbagai kalangan.
Pada kesempatan itu, Feby membacakan salah satu ceritanya yang berjudul The Woman Who Lost Her Face. “Acara berlangsung sangat sukses karena diskusinya sangat hidup dan kami mendapat tanggapan yang sangat baik dari hadirin,” ujar dubes Martin Hattful.
Frankfurt Book Fair
Setelah melakukan tur bukunya di Italia dan London, Feby mengisi sejumlah panel di Frankfurt Book Fair 2019 yang berlangsung 16-20 Oktober. Salah satu sesinya adalah di Frankfurt Paviliun mengenai Perempuan Penulis Asia Pasific bersama penulis asal Malaysia dan India.
Feby juga melakukan diskusi di Goethe University bersama penulis Indonesia Dr. Soe Tjen Marching dan Rio Johan. Ia berharap sedikit demi sedikit, sastra Indonesia bisa lebih diperhitungkan oleh publik internasional.
Feby Indirani adalah penulis, jurnalis dan praktisi media. Ia pernah mendapatkan beberapa hibah internasional dan beasiswa dari Australia, Jerman, Jepang, dll. Buku fiksi terbarunya adalah Bukan Perawan Maria (2017) dan buku non-fiksi yaitu Made in Prison (2017).
Bukan Perawan Maria menggunakan tema Islamisme Magis, kisah-kisah dalam buku ini berlatar situasi fantasi yang penuh paradoks dan pertentangan. Misalnya cerita tentang seekor babi yang dipandang haram dalam Islam namun mengajukan permohonannya untuk menjadi Muslim. Ada pula iblis yang ingin pensiun akibat bosan dengan pekerjaannya yang tak lagi menantang.
Selain itu, tentang malaikat pencatat amal yang cuti karena manusia sudah rajin melakukannya sendiri di akun media sosial, seorang pembom bunuh diri yang berharap bertemu bidadari, tapi ternyata hanya bertemu perempuan biasa yang malah dibencinya.
Profesor Soriente sebagaimana dikutip dari situs Add Editore menyebutkan dengan gaya menulis dan keberaniannya, Feby menempatkan diri sebagai penulis Indonesia kontemporer yang menggunakan pena untuk mengritik diskriminasi terhadap perempuan dan kelompok-kelompok Islam yang terlalu keras. Sebuah penyembuh bagi publik internasional.
Buku ini juga memuat ilustrasi cantik karya seniman muda asal Italia, Marie Cecile untuk sampul dan halaman dalam sebagai tafsir dari cerita-cerita Feby.
Penyair dan figur legendaris Goenawan Mohamad menuliskan pengantarnya untuk buku ini. "Cerita-cerita yang penuh pertentangan seperti ini hanya bisa dituliskan oleh suara dari dalam, Muslim yang intim dengan bahasa dan pola pikir khas masyarakatnya, dan begitulah Feby. Tapi di saat yang sama dia juga berada di luar dinding, suatu posisi yang membuatnya mencerap masyarakatnya dengan akrab sekaligus asing," tulis pendiri Majalah Tempo ini.
Feby yang sedang melanjutkan studi di London, Inggris menyatakan kegembiraannya dengan penerbitan edisi Italia dari bukunya. Ini penerbit sama yang menerbitkan karya penulis-penulis peraih penghargaan seperti penulis Inggris-Pakistan, Nadeem Aslam dan penulis Thailand Prabda Yoon. Jadi saya tentu saja merasa bersyukur atas pilihan mereka menerbitkan buku saya," ujar Feby.
Terbitnya buku ini menambah salah satu jembatan budaya untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Italia. Feby menyatakan dalam seminggu terakhir, mulai banyak pembaca dari Italia yang menyapanya melalui media sosial untuk menyampaikan kesan mereka. Salah satunya adalah Miriana Cioffi, mahasiswa studi master yang juga ikut terlibat di dalam proses penerjemahan.
"Buku ini luar biasa. Salah satu cerita yang saya suka adalah Cemburu pada Bidadari, karena cerita itu ironis," ujar Miriana.
Cerita ini tentang seorang istri yang ngambek setelah memergoki suaminya asyik membaca buku berisi janji bahwa pria beriman akan memperoleh pasangan bidadari di surga. Katanya kita pasangan sedunia dan seakhirat, kenapa kamu tidak cukup hanya dengan aku saja? Demikian protes sang istri.
Terbitnya buku ini sudah diberitakan di majalah Vanity Fair edisi Italia dan juga menjadi salah satu bacaan direkomendasi situs berita terkemuka Wired Italia.
https://www.antaranews.com/berita/1123776/bukan-perawan-maria-membawa-feby-indirani-keliling-eropa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Syauqi Sumbawi
A.C. Andre Tanama
Aang Fatihul Islam
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Adam Roberts
Adelbert von Chamisso
Adreas Anggit W.
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Agus R. Sarjono
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Albert Camus
Albrecht Goes
Alexander Pushkin
Alit S. Rini
Amien Kamil
Amy Lowell
Andra Nur Oktaviani
André Chénier
Andy Warhol
Angela
Angela Dewi
Angrok
Anindita S. Thayf
Anton Bruckner
Anton Kurnia
Anwar Holid
Arif Saifudin Yudistira
Arthur Rimbaud
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asep Sambodja
Awalludin GD Mualif
Axel Grube
Bambang Kariyawan Ys
Basoeki Abdullah
Beethoven
Ben Okri
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Berto Tukan
BI Purwantari
Birgit Lattenkamp
Blaise Cendrars
Book Cover
Brunel University London
Budi Darma
Buku Kritik Sastra
C.C. Berg
Candra Kurnia
Cecep Syamsul Hari
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Charles Baudelaire
Claude Debussy
Cristina Lambert
D. Zawawi Imron
Damhuri Muhammad
Dana Gioia
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darwin
Dea Anugrah
Denny Mizhar
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dwi Cipta
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Edgar Allan Poe
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Emha Ainun Nadjib
Emily Dickinson
Enda Menzies
Endorsement
Ernest Hemingway
Erwin Setia
Essay
Evan Ys
Fahmi Faqih
Fatah Anshori
Fazabinal Alim
Feby Indirani
François Villon
François-Marie Arouet (Voltaire)
Frankfurt Book Fair 2015
Franz Kafka
Franz Schubert
Franz Wisner
Frederick Delius
Friedrich Nietzsche
Friedrich Schiller
Fritz Senn
FX Rudy Gunawan
G. J. Resink
Gabriel García Márquez
Gabriela Mistral
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Goethe
Hamid Dabashi
Hardi Hamzah
Hasan Junus
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier
Henry Lawson
Hera Khaerani
Hermann Hesse
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ignas Kleden
Igor Stravinsky
Imam Nawawi
Indra Tjahyadi
Inspiring Writer
Interview
Iskandar Noe
Jakob Sumardjo
Jalaluddin Rumi
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jiero Cafe
Johann Sebastian Bach
Johannes Brahms
John H. McGlynn
John Keats
José de Espronceda
Jostein Gaarder
Kamran Dikarma
Katrin Bandel
Khalil Gibran (1883-1931)
Koesoema Affandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Koskow
Kulya in the Niche of Philosophjy
Laksmi Pamuntjak
Laksmi Shitaresmi
Lathifa Akmaliyah
Laurencius Simanjuntak
Leila S Chudori
Leo Tolstoy
Lontar Foundation
Lorca
Lord Byron
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lutfi Mardiansyah
Luthfi Assyaukanie
M. Yoesoef
M.S. Arifin
Mahmoud Darwish
Mahmud Ali Jauhari
Mahmudi
Maman S. Mahayana
Marco Polo
Martin Aleida
Mathori A Elwa
Max Dauthendey
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Michael Kumpfmüller
Michelangelo
Milan Djordjevic
Minamoto Yorimasa
Modest Petrovich Mussorgsky
Mozart
Mpu Gandring
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mulla Shadra
Nenden Lilis A
Nikmah Sarjono
Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Notes
Novel Pekik
Nunung Deni Puspitasari
Nurel Javissyarqi
Octavio Paz
Orasi Budaya
Orhan Pamuk
Pablo Neruda
Panos Ioannides
Patricia Pawestri
Paul Valéry
Paul van Ostaijen
PDS H.B. Jassin
Penerbit SastraSewu
Percy Bysshe Shelley
Pierre de Ronsard
Poems
Poetry
Pramoedya Ananta Toer
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Setia
Pyotr Ilyich Tchaikovsky
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Radhar Panca Dahana
Rainer Maria Rilke
Rakai Lukman
Rama Dira J
Rambuana
Read Ravel
Rengga AP
Resensi
reviewer
RF. Dhonna
Richard Strauss
Richard Wagner
Ridha al Qadri
Robert Desnos
Robert Marcuse
Ronny Agustinus
Rosalía de Castro
Ruth Martin
S. Gunawan
Sabine Müller
Samsul Anam
Santa Teresa
Sapardi Djoko Damono
Sara Teasdale
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Schreibinsel
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Short Story
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Solo Exhibition Rengga AP
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Stefan Zweig
Stefanus P. Elu
Subagio Sastrowardoyo
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
T.S. Eliot
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Thales
The World Readers Award
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
To Take Delight
Toeti Heraty
Tunggul Ametung
Ulysses
Umar Junus
Unknown Poet From Yugoslavia
Usman Arrumy
Utami Widowati
Vladimir Nabokov
W.S. Rendra
Walter Savage Landor (1775-1864)
Watercolour Paint
Wawan Eko Yulianto
Wawan Pinhole
Welly Kuswanto
Wildani Hefni
William Blake
William Butler Yeats
Wizna Hidayati Umam
World Letters
X.J. Kennedy
Yasraf Amir Piliang
Yasunari Kawabata
Yogas Ardiansyah
Yona Primadesi
Yuja Wang
Yukio Mishima
Z. Afif
Zadie Smith
Zeynita Gibbons
Tidak ada komentar:
Posting Komentar