Kamis, 12 Agustus 2021

Mengenal Gaya Penulisan “Realisme Magis” Gabriel Garcia Marquez

Wizna Hidayati Umam
pikiran-rakyat.com 6 Mar 2018
 
Gabriel Garcia Marquez dipandang sebagai tokoh utama dari gaya penulisan sastra yang dikenal sebagai “realisme magis”. Penggunaan istilah realisme magis dimunculkan oleh kritikus seni Frans Roh pada tahun 1925.
 
Dalam perjalanan seni sampai tahun 1955 istilah realisme magis tidak diperkenankan hingga kemudian kritikus sastra meminjam istilah ini untuk melihat karya sastrawan Amerika Latin seperti Marquez dan Borges.
 
Dalam sebuah novel realisme magis, pembaca akan menemukan unsur-unsur fantastis yang menerobos atau menyelinap ke dunia realistis. Dengan demikian, ini juga menjadi cara bagi penulis untuk mengkritik konsep “barat” atau kapitalis tentang rasionalitas yang kuat dimana segala sesuatu tidak sesuai dengan garis kehidupan.
 
Pada tahun 1948 Gabriel Garcia Marquez kuliah di Fakultas Hukum di Universitas Cartagena. Saat itu, politik Kolombia sedang memanas dan Jorge Eliecer Gaitan pemimpin oposisi yang diharapkan bisa membawa Kolombia keluar dari oligarki ditembak mati. Márquez yang juga menyaksikan kejadian itu, ia kemudian memutuskan meninggalkan kuliahnya dan menjadi seorang wartawan.
 
Tak lama kemudian, pada tahun 1967, Marquez menerbitkan novel “One Hundred Years of Solitude (Cien anos de soledad)” atau Seratus Tahun Kesunyian. One Hundred Years of Solitude mencatat tujuh generasi keluarga Buendía di desa Macondo. Marquez berusaha mengajak pembaca mengenang wabah pes, pembantaian ribuan orang pekerja di perkebunan pisang, dan musim hujan yang turun terus menerus selama 4 tahun. Novel inilah yang menurut banyak kritikus dan sastrawan menjadi awal gaya realisme magisnya Gabriel Garcia Marquez.
 
Di Indonesia, selain karyanya “Seratus Tahun Kesunyian” dan “Cinta Sepanjang Derita Kolera”, beberapa karya Gabriel Garcia Marquez juga sudah diterjemahkan, seperti “Tumbangnya Seorang Diktator” (El Otono del Patriarca), “Selamat Jalan Tuan Presiden” (Bon Voyage, Mr. President), Klandestin di Chile (La Aventura de Miguel Littin, Clandestino in Chile), Sang Jenderal dalam Labirinnya (El General en su Laberinto), dan lain-lain.
 
Berikut buku lain, dilansir dari Huffington Post, terdapat 5 buku yang juga menggunakan gaya sastra realisme magis selain Gabriel Garcia Marquez, di antaranya:
 
1. The Baron in the Trees (1957) karya Italo Calvino
Pada tanggal 15 Juni 1567, seorang bangsawan Baron Cosimo Piovasco Rondo memutuskan untuk meninggalkan rumahnya agar bisa tinggal di atas pohon. Dia memanjat pohon ek dan tidak akan pernah menginjakkan kakinya di tanah lagi sampai ia meninggal. Ini adalah salah satu novel pertama Calvino yang paling populer.
 
2. White Teeth (2000) karya Zadie Smith
Ini adalah kisah tiga keluarga yang tinggal di London antara tahun 1975 dan 1992. Dengan gaya Henry-Fielding, semua kehidupan karakter dalam buku ini terjalin erat namun pada akhirnya banyak hal gila terjadi secara bersamaan. White Teeth adalah karya dari seorang penulis yang masih berusia 25 tahun.
 
3. The Tin Drum (1959) karya Gunter Grass
Oskar Matzerath lahir pada tahun 1924 dengan kemampuan otaknya yang berkembang secara luar biasa. Dia mengaku bisa mengingat semua hal dan memiliki kemampuan menjerit yang bisa memecahkan gelas. Buku ini dalah salah satu bagian tergelap dari sejarah Jerman dengan puisi dan teks yang indah.
 
4. Wuthering Heights (1848) karya Emily Bronte
Saat novel ini pertama kali diterbitkan, beberapa pembaca terkejut dengan gaya bahasa dalam novel yang tidak realistis dan “historical”. Namun, buku ini terdaftar menjadi salah satu novel sejarah Inggris yang penting. Novel ini menggunakan gaya Shakespeare dan menghindari teknik narasi abad ke-20.
 
5. Orlando (1928) karya Virginia Woolf
Novel ini dimulai di Istana Ratu Elizabeth dengan karakter utama seorang penyair aristokrat muda bernama Orlando. Suatu hari ia pergi ke Konstantinopel, saat dirinya sedang tertidur tiba-tiba Orlando terbangun saat usianya masih muda dan kembali ke Inggris. Sejak saat itu, dia bisa menjelajahi waktu sampai batas era Victoria. Di akhir novel, kita dapat melihat Orlando yang sebenarnya berusia 300 tahun di dalam tubuh 36 tahun di sebuah pusat perbelanjaan. Ditulis sebagai penghormatan kepada Vita Sackville-West, buku ini membahas tentang gender, cinta, identitas seksual dan seni. Novel ini merupakan karya Woolf yang paling kuat dan unik.
***

http://sastra-indonesia.com/2021/01/mengenal-gaya-penulisan-realisme-magis-gabriel-garcia-marquez/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons