Kamis, 12 Agustus 2021

Penulis India Menjadikan Dunia Manusiawi

BI Purwantari
Kompas, 16 Sep 2006
 
Selain memiliki industri perbukuan yang merambah pasar dunia, India dikenal mempunyai banyak penulis dunia. Karya-karya mereka, selain dianggap turut mewarnai perkembangan kesusastraan atau pun bidang keilmuan lainnya, juga dilihat sebagai produk kebudayaan yang ikut mengubah dunia.
 
Para penulis ini, baik laki-laki dan perempuan berkarya di berbagai bidang, mulai dari sastra, ekonomi-politik, feminisme, sejarah, maupun lingkungan hidup. Mereka juga tidak berasal dari satu wilayah saja di India, tetapi dari berbagai negara bagian, baik dari wilayah barat, tengah, maupun timur India. Menariknya, kerja-kerja mereka menulis buku dibarengi juga dengan karya-karya lain di bidang sosial, ekonomi, maupun politik yang ikut memperkuat perubahan yang hendak mereka lakukan.
 
Terbukti, India melahirkan pemenang Nobel di bidang sastra dan ekonomi. Rabindranath Tagore, orang India sekaligus warga Benua Asia pertama yang menerima Nobel sastra tahun 1913. Lahir sebagai keturunan kasta Brahmana di Calcutta pada 7 Mei 1861, Tagore dikenal sebagai penyair, filsuf, pelukis, komposer, maupun novelis Bengali. Beberapa karya utamanya, Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced), dan Ghare-Baire (The Home and the World) mendapat pujian publik dunia.
 
Kiprah Tagore memang tak terbatas pada syair-syairnya. Selain aktif terlibat dalam gerakan kemerdekaan nasionalis India, Tagore juga membangun sekolah eksperimental di Santiniketan yang dinamakan Visva-Bharati University. Pada tahun 1921, Tagore dan seorang ekonom pertanian, Leonard Elmhirst, mempersiapkan institusi pendidikan itu untuk rekonstruksi pedesaan. Ia juga menumbuhkan perhatian terhadap kesadaran akan adanya diskriminasi kasta.
 
Masih di seputar Nobel, Amartya Sen, intelektual India berikutnya yang menerima The Bank of Sweden Prize in Economic Sciences pada tahun 1998. Amartya Sen Zahir di Santiniketan, West Bengal, pada 3 November 1933. Penghargaan Nobel jatuh kepadanya atas kerja kerasnya meneliti masalah-masalah utama dalam ekonomi kesejahteraan. Sumbangannya terentang dari studi empiris tentang kelaparan yar g meluas, teori pembangunan manusia, ekonomi kesejahteraan, mekanisme terjadinya kemiskinan, serta liberalisme politik. Karya-karyanya, seperti Collective Choice and Social Welfare, On Economic Inequality, Poverty and Famines, telah memberikan sumbangan besar terhadap riset tentang masalah-masalah mendasar dalam ekonomi kesejahteraan. Dalam Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation, misalnya, Prof Sen menggugat pemikiran umum sebelumnya yang menganggap habisnya persediaan bahan makanan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan terjadinya kelaparan yang meluas. Sebaliknya, ia melihat bahwa ketimpangan dan ketidakadilan dalam mekanisme distribusi bahan makanan merupakan faktor penting yang memengaruhi terjadinya kelaparan.
 
Dalam ruang lain, para perempuan India juga berhasil menelurkan karya-karya yang bukan saja menyabet penghargaan, tetapi juga mengubah wajah dunia sebagai wilayah yang memberi tempat sejajar bagi kelompok yang terpinggirkan. Paling tidak empat nama patut disebutkan di sini, Vandana Shiva, Gayatri Spivak, Urvashi Butalia, dan Arundhati Roy. Vandana Shiva adalah seorang ahli fisika, aktivis lingkungan hidup, ecofeminist, dan penulis. Perempuan kelahiran Dehra Dun, di negara bagian Uttaranchal, ini telah lama memperjuangkan perubahan dalam hal praktik dan paradigma pertanian dan makanan. Bukunya yang berjudul The Violence of Green Revolution: Ecological Degradation and Political Conflict in Punjab dan Monocultures of the Mind: Biodiversity, Biotechnology and Agriculture menggugat paradigma dominan pertanian yang tidak berkelanjutan dan revolusi hijau yang sepihak. Karya lainnya, Staying Alive: Women, Ecology and Survival in India, mendefinisikan kembali persepsi tentang perempuan di negara dunia ketiga. Ia juga terlibat di dalam gerakan akar rumput di Afrika, Asia, Amerika Latin, Irlandia, Swiss, maupun Austria dengan kampanye menentang rekayasa genetik, hak atas kekayaan intelektual, biodiversity, dan biotechnology. Ia mendapat berbagai penghargaan kaliber dunia seperti Right Livelihood Award yang juga dikenal sebagai Alternative Nobel Prize, atas usahanya menempatkan perempuan di jantung perdebatan tentang pembangunan modern.
 
Di bidang sastra, Gayatri Chakravorty Spivak memberi sumbangan besar bagi pemikiran post-kolonialisme. Artikelnya yang terkenal, Can the Subaltern Speak? dianggap sebagai teks yang mendasari pemikiran post-kolonialisme. Sementara itu, karya terjemahannya atas pemikiran Derrida Of Grammatology membuatnya dikenal dunia setelah ia terlibat dalam seri diskusi kajian sejarah dan kritik sastra atas imperialisme dan feminisme internasional. Karya mutakhirnya, A Critique of Postcolonial Reason: Towards a History of Vanishing Present, mengungkap bagaimana para filsuf Eropa seperti Kant dan Hegel tidak hanya menyisihkan pemikiran-pemikiran kritis ke wilayah yang terpinggirkan, tetapi juga secara aktif mencegah para pemikir non-Eropa menempati posisi sebagai subyek yang utuh.
 
Urvashi Butalia adalah seorang feminis, sejarawan, dan penulis. Perempuan kelahiran Ambala ini, bersama-sama dengan rekannya Ritu Menon, mendirikan Kali for Women, penerbit feminis pertama di India. Kali for Women terutama bekerja menerbitkan karya-karya tentang perempuan dari dunia ketiga. Penerbit ini juga menyediakan forum bagi para penulis, pekerja kreatif, maupun akademisi perempuan. Bukunya, The Other Side of Silence, merupakan karya yang sangat berpengaruh dalam studi tentang Asia Selatan selama dekade lalu.
 
Karya ini didasarkan pada fakta yang terjadi selama Partition, pemisahan India dan Pakistan pada tahun 1947. Tidak kurang dari satu juta orang mati akibat peristiwa tersebut. Buku ini berisi lebih dari 70 wawancara terhadap para survivor dan memfokuskan pengungkapan adanya kekerasan terhadap perempuan sebagai pengalaman kolektif. Karya Butalia ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Sisi Balik Senyap, dan menjadi referensi bagi para sejarawan yang menganggap penting metode sejarah lisan, maupun bagi para aktivis yang berupaya mengungkap tragedi kemanusiaan di masa lalu.
 
Lahir di wilayah Assam, Arundhati Roy adalah seorang novelis, aktivis, dan warga dunia. Ia memenangkan Booker Prize di tahun 1997 untuk novelnya yang terkenal, The God of Small Things. Novel ini menceritakan kisah cinta seorang perempuan dari keluarga berada dengan laki-laki yang berasal dari kasta rendah dari yang paling rendah. Di dalam jalinan kisah ini juga terungkap tentang ketidakadilan, kesewenang-wenangan yang terjadi dalam hubungan antaragama, kelas, ras, kasta maupun sepak terjang pemimpin komunis yang menjadi penguasa wilayah Kerala. Penerbitan novel ini mengundang kontroversi, baik di India maupun di luar negeri.
 
Setelah memenangkan Booker Prize, Roy memfokuskan tulisannya pada isu-isu politik, di antaranya kasus Waduk Narmada di negara bagian Gujarat dan Rajashtan. Roy in juga dikenal sebagai aktivis gerakan anti-globalisasi/ alter-globalisasi dan pengkritik pedas neo-imperialisme.
 
Berbagai karya dan aktivitas para penulis India yang turut menjadikan wajah dunia lebih manusiawi dan adil menunjukkan bahwa dua kerja itu bukanlah dua entitas yang terpisahkan.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/10/penulis-india-menjadikan-dunia-manusiawi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.C. Andre Tanama Aang Fatihul Islam Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Adam Roberts Adelbert von Chamisso Adreas Anggit W. Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus R. Sarjono Ahmad Farid Yahya Ahmad Yulden Erwin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Albert Camus Albrecht Goes Alexander Pushkin Alit S. Rini Amien Kamil Amy Lowell Andra Nur Oktaviani André Chénier Andy Warhol Angela Angela Dewi Angrok Anindita S. Thayf Anton Bruckner Anton Kurnia Anwar Holid Arif Saifudin Yudistira Arthur Rimbaud Arti Bumi Intaran AS Laksana Asep Sambodja Awalludin GD Mualif Axel Grube Bambang Kariyawan Ys Basoeki Abdullah Beethoven Ben Okri Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Berto Tukan BI Purwantari Birgit Lattenkamp Blaise Cendrars Book Cover Brunel University London Budi Darma Buku Kritik Sastra C.C. Berg Candra Kurnia Cecep Syamsul Hari Chairil Anwar Chamim Kohari Charles Baudelaire Claude Debussy Cristina Lambert D. Zawawi Imron Damhuri Muhammad Dana Gioia Daniel Paranamesa Dante Alighieri Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Dareen Tatour Darju Prasetya Darwin Dea Anugrah Denny Mizhar Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Dwi Cipta Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Edgar Allan Poe Eka Budianta Eka Kurniawan Emha Ainun Nadjib Emily Dickinson Enda Menzies Endorsement Ernest Hemingway Erwin Setia Essay Evan Ys Fahmi Faqih Fatah Anshori Fazabinal Alim Feby Indirani François Villon François-Marie Arouet (Voltaire) Frankfurt Book Fair 2015 Franz Kafka Franz Schubert Franz Wisner Frederick Delius Friedrich Nietzsche Friedrich Schiller Fritz Senn FX Rudy Gunawan G. J. Resink Gabriel García Márquez Gabriela Mistral Gerson Poyk Goenawan Mohamad Goethe Hamid Dabashi Hardi Hamzah Hasan Junus Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier Henry Lawson Hera Khaerani Hermann Hesse Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ignas Kleden Igor Stravinsky Imam Nawawi Indra Tjahyadi Inspiring Writer Interview Iskandar Noe Jakob Sumardjo Jalaluddin Rumi James Joyce Jean-Paul Sartre Jiero Cafe Johann Sebastian Bach Johannes Brahms John H. McGlynn John Keats José de Espronceda Jostein Gaarder Kamran Dikarma Katrin Bandel Khalil Gibran (1883-1931) Koesoema Affandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Koskow Kulya in the Niche of Philosophjy Laksmi Pamuntjak Laksmi Shitaresmi Lathifa Akmaliyah Laurencius Simanjuntak Leila S Chudori Leo Tolstoy Lontar Foundation Lorca Lord Byron Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lutfi Mardiansyah Luthfi Assyaukanie M. Yoesoef M.S. Arifin Mahmoud Darwish Mahmud Ali Jauhari Mahmudi Maman S. Mahayana Marco Polo Martin Aleida Mathori A Elwa Max Dauthendey Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Michael Kumpfmüller Michelangelo Milan Djordjevic Minamoto Yorimasa Modest Petrovich Mussorgsky Mozart Mpu Gandring Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulla Shadra Nenden Lilis A Nikmah Sarjono Nikolai Andreyevich Rimsky-Korsakov Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Notes Novel Pekik Nunung Deni Puspitasari Nurel Javissyarqi Octavio Paz Orasi Budaya Orhan Pamuk Pablo Neruda Panos Ioannides Patricia Pawestri Paul Valéry Paul van Ostaijen PDS H.B. Jassin Penerbit SastraSewu Percy Bysshe Shelley Pierre de Ronsard Poems Poetry Pramoedya Ananta Toer Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Setia Pyotr Ilyich Tchaikovsky R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Radhar Panca Dahana Rainer Maria Rilke Rakai Lukman Rama Dira J Rambuana Read Ravel Rengga AP Resensi reviewer RF. Dhonna Richard Strauss Richard Wagner Ridha al Qadri Robert Desnos Robert Marcuse Ronny Agustinus Rosalía de Castro Ruth Martin S. Gunawan Sabine Müller Samsul Anam Santa Teresa Sapardi Djoko Damono Sara Teasdale Sasti Gotama Saut Situmorang Schreibinsel Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Short Story Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Solo Exhibition Rengga AP Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Stefan Zweig Stefanus P. Elu Subagio Sastrowardoyo Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri T.S. Eliot Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Thales The World Readers Award Tito Sianipar Tiya Hapitiawati To Take Delight Toeti Heraty Tunggul Ametung Ulysses Umar Junus Unknown Poet From Yugoslavia Usman Arrumy Utami Widowati Vladimir Nabokov W.S. Rendra Walter Savage Landor (1775-1864) Watercolour Paint Wawan Eko Yulianto Wawan Pinhole Welly Kuswanto Wildani Hefni William Blake William Butler Yeats Wizna Hidayati Umam World Letters X.J. Kennedy Yasraf Amir Piliang Yasunari Kawabata Yogas Ardiansyah Yona Primadesi Yuja Wang Yukio Mishima Z. Afif Zadie Smith Zeynita Gibbons